Monosodium glutamate (MSG) atau yang dikenal sebagai penyedap rasa, telah menjadi bagian penting dalam banyak masakan di seluruh dunia. Meskipun sering menjadi bahan kontroversial, sejarah MSG memiliki asal yang menarik dan panjang. Mari kita telusuri sejarah MSG dari penemuan hingga penggunaannya saat ini.
Sejarah MSG
MSG pertama kali ditemukan pada tahun 1908 oleh seorang ilmuwan Jepang bernama Kikunae Ikeda. Saat melakukan penelitian tentang umami, salah satu dari lima rasa dasar, Ikeda mengisolasi glutamat dari rumput laut kombu. Dia menemukan bahwa glutamat memberikan rasa gurih yang khas, yang berbeda dari rasa manis, asam, pahit, dan asin. Ikeda kemudian mengembangkan metode untuk memproduksi MSG secara massal, yang memungkinkan penyedap rasa ini untuk diperkenalkan ke dalam masakan di Jepang dan, akhirnya, ke seluruh dunia.
Setelah penemuan tersebut, MSG mulai diproduksi dan dijual secara komersial. Pada tahun 1920-an, MSG mulai digunakan di restoran-restoran Jepang di Amerika Serikat. Popularitasnya terus meningkat, terutama setelah Perang Dunia II, ketika banyak tentara Amerika yang terpapar masakan Asia mulai kembali ke rumah dengan selera baru. MSG menjadi bahan populer di kalangan juru masak karena kemampuannya untuk meningkatkan rasa tanpa menambah kalori.
Namun, seiring dengan popularitasnya, MSG juga mendapatkan reputasi buruk. Pada tahun 1969, istilah “sindrom restoran Cina” muncul ketika beberapa orang melaporkan gejala seperti sakit kepala dan mual setelah mengonsumsi makanan yang mengandung MSG. Meskipun penelitian ilmiah tidak menemukan bukti kuat yang menghubungkan MSG dengan efek samping serius, banyak konsumen menjadi skeptis terhadap penggunaannya.
Baca juga: 12 Penyedap Rasa Pengganti MSG yang Harus Kamu Coba!
Menyadari kekhawatiran ini, beberapa perusahaan makanan mulai mengurangi penggunaan MSG dalam produk mereka, atau mencari alternatif lain. Namun, di banyak bagian dunia, terutama di Asia, MSG tetap menjadi bahan yang sangat dihargai. Di negara-negara seperti Jepang dan Cina, MSG sering digunakan untuk meningkatkan rasa dalam masakan tradisional, dari sup hingga hidangan daging.
Saat ini, MSG telah menjadi topik yang menarik dalam dunia kuliner. Banyak koki dan pakar gizi mulai mengakui bahwa MSG, jika digunakan dengan bijak, dapat meningkatkan cita rasa makanan. Dalam dunia masakan modern, MSG bukan hanya dianggap sebagai penyedap rasa, tetapi juga sebagai alat untuk mengeksplorasi rasa umami yang lebih dalam.
Dengan sejarah yang kaya dan perjalanan yang penuh liku, MSG terus menjadi bagian dari diskusi tentang makanan dan rasa. Sebagai pecinta kuliner, penting untuk memahami asal usul dan dampak penggunaan MSG dalam masakan kita sehari-hari.
Baca juga: Proses Pembuatan MSG, Dari Tetes Tebu hingga Kristal Gurih
Indonesia Kaya akan MSG Alami

Indonesia, dengan kekayaan budayanya, juga memiliki beragam sumber penyedap alami yang mampu memberikan rasa umami yang khas dalam masakan. Keberadaan bahan pangan lokal yang melimpah memberikan kesempatan bagi kita untuk mengeksplorasi cita rasa alami yang ditawarkan oleh bumi pertiwi. Bahan-bahan penyedap alami ini telah diwariskan sejak dulu oleh nenek moyang.
Penyedap alami ini terjadi dari proses fermentasi bahan yang ada. Hampir setiap provinsi di Indonesia memiliki bumbu penyedap khasnya sendiri. Contoh-contoh seperti tauco, terasi, petis, tempoyak, oncom, dan tempe bosok tidak hanya memperkaya rasa masakan, tetapi juga membawa keunikan budaya masing-masing daerah. Bumbu-bumbu ini, ketika dipadukan dengan bahan pangan lokal yang segar, menghasilkan hidangan yang bukan hanya lezat, tetapi juga sarat akan nilai gizi dan rasa yang mendalam.
Selain bumbu fermentasi, Indonesia juga kaya akan bahan pangan alami yang memberikan rasa gurih. Daging sapi dan ayam yang berkualitas, santan kental yang creamy, tomat segar, makanan laut yang melimpah, serta rumput laut yang kaya nutrisi adalah beberapa contoh bahan yang dapat meningkatkan rasa masakan. Belum lagi, kacang-kacangan, jamur, kedelai, dan susu yang juga berperan penting dalam menciptakan rasa umami. Semua ini menunjukkan bahwa Indonesia tidak memerlukan MSG untuk menyajikan masakan yang nikmat.
Dengan keanekaragaman bahan alami yang ada, Indonesia memiliki potensi besar untuk menciptakan masakan yang tidak hanya enak tetapi juga sehat. Inilah saatnya kita menghargai kekayaan kuliner lokal dan melestarikan warisan nenek moyang kita melalui bahan-bahan yang alami dan berkualitas.
Sekolah Chef NCSA Indonesia
Sekolah Chef NCSA Indonesia menjadi salah satu lembaga pendidikan kuliner yang memahami pentingnya penggunaan bahan alami dan penyedap rasa tradisional dalam menciptakan masakan yang lezat dan sehat. Dengan mengajarkan para siswa tentang teknik memasak yang mengedepankan kekayaan bahan pangan lokal, NCSA Indonesia mendorong para calon chef untuk menggali potensi cita rasa yang ditawarkan oleh bumbu-bumbu tradisional Indonesia
Kurikulum NCSA Indonesia berfokus pada pengembangan kreativitas dan pemahaman mendalam tentang masakan Indonesia. Sekolah masak terbaik ini berperan dalam melestarikan warisan kuliner nusantara sambil mempersiapkan siswa untuk berkarir di dunia kuliner yang semakin kompetitif. Dengan begitu, para lulusan NCSA tidak hanya menjadi chef yang handal, tetapi juga duta bagi cita rasa alami yang kaya dan beragam dari Indonesia.
Kamu bisa mendaftar di NCSA Surabaya atau kampus NCSA Jakarta. Silakan hubungi tombol di bawah untuk mengetahui info selengkapnya.









