Yang Benar Kwasong atau Croissant, Begini Cara Baca yang Betul

Yang Benar Kwasong atau Croissant, Begini Cara Baca yang Betul

Kamu pasti sering menemukan makanan lezat berbentuk bulan sabit yang berlapis-lapis dan beraroma mentega yang sangat menggoda. Ya, itu adalah croissant. Pastry asal Prancis ini memang sudah sangat populer di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Namun, ada satu hal yang sering membuat kita ragu saat ingin memesan atau membicarakannya: bagaimana sih cara membacanya yang benar? Apakah kwasong atau kroisan?

Keraguan ini wajar, karena pelafalan kata asing memang seringkali berbeda dengan cara penulisannya. Nah, supaya kamu tidak bingung lagi, mari kita bahas tuntas cara baca yang betul serta cerita di balik pastry ikonik ini.

Sejarah Singkat Croissant, Bukan dari Prancis?

Meskipun croissant sangat identik dengan Prancis, tahukah kamu kalau asalnya bukan dari sana? Sejarah mencatat bahwa nenek moyang croissant adalah kipferl, sebuah roti berbentuk bulan sabit yang berasal dari Wina, Austria. Mitos populer menyebutkan bahwa kipferl dibuat untuk merayakan kemenangan tentara Austria atas Kekaisaran Ottoman pada tahun 1683. Bentuk bulan sabitnya diambil dari lambang bendera Ottoman.

Kemudian, pada abad ke-19, seorang perwira artileri Austria bernama August Zang membuka sebuah toko roti di Paris. Ia memperkenalkan berbagai kue khas Wina, termasuk kipferl, kepada masyarakat Prancis. Roti ini pun sangat digemari dan diadaptasi oleh para pembuat roti Prancis. Mereka menyempurnakan resepnya dengan menggunakan adonan ragi yang dilipat berkali-kali dengan mentega, menciptakan tekstur yang lebih renyah dan berlapis. Dari sinilah, kipferl bertransformasi menjadi croissant seperti yang kita kenal sekarang.

Makna di Balik Nama Croissant

Kata croissant sendiri berasal dari bahasa Prancis yang artinya “bulan sabit”. Nama ini merujuk pada bentuk khas pastry tersebut. Jadi, setiap kali kamu melihat atau makan croissant, sebenarnya kamu sedang menikmati roti yang dinamai berdasarkan bentuknya. Unik, bukan?

Jadi, yang Benar Kwasong atau Kroisan?

Sekarang kita masuk ke inti permasalahannya. Mana yang benar antara kwasong atau kroisan? Jawabannya sebenarnya bergantung pada konteks bahasa yang kamu gunakan.

1. Kwasong (Pelafalan Asli Bahasa Prancis)

Jika kamu ingin melafalkan kata ini dengan gaya asli bahasa Prancis, maka kwasong adalah cara yang tepat. Dalam bahasa Prancis, huruf ‘c’ dibaca seperti ‘k’, ‘r’ memiliki getaran yang khas, dan ‘oi’ dibaca ‘wa’. Sementara itu, akhiran ‘-ssant’ dibaca ‘song’ dengan bunyi ‘n’ yang samar di akhir. Pelafalan ini sering digunakan oleh mereka yang mendalami bahasa Prancis atau ingin terdengar seperti penutur asli.

2. Kroisan (Pelafalan Baku Bahasa Indonesia)

Di sisi lain, kata croissant telah diserap ke dalam bahasa Indonesia dan terdaftar di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Dalam KBBI, penyerapan kata ini menjadi kroisan. Sesuai kaidah penyerapan bahasa asing, cara membacanya pun disesuaikan dengan pelafalan bahasa Indonesia. Jadi, jika kamu ingin menggunakan kata ini dalam konteks bahasa Indonesia yang baku, seperti dalam tulisan ilmiah atau percakapan formal, pelafalan kroisan adalah yang paling tepat.

Jadi, tidak ada yang salah di antara keduanya. Kamu bisa menggunakan kwasong untuk terdengar lebih otentik Prancis, atau kroisan untuk mengikuti kaidah bahasa Indonesia yang benar. Pilihan ada di tanganmu, tergantung pada situasi dan tujuan percakapanmu.

Rahasia di Balik Kelezatan Croissant

Kelezatan croissant yang berongga, renyah di luar, dan lembut di dalam tidak lepas dari teknik pembuatan yang cermat. Rahasia utamanya terletak pada proses pelipatan adonan dengan mentega secara berulang, yang dikenal dengan istilah laminasi. Proses ini menciptakan lapisan-lapisan adonan tipis yang memisahkan adonan dan mentega. Saat dipanggang, uap air dari mentega membuat lapisan-lapisan ini mengembang dan terpisah, menghasilkan tekstur khas yang sangat disukai.

Membuat croissant yang sempurna memang membutuhkan ketelitian dan kesabaran, tetapi hasilnya sebanding dengan usahanya. Jika kamu tertarik untuk mendalami dunia pastry dan kuliner lebih jauh, kamu bisa mempertimbangkan untuk mengambil pelatihan kuliner. Di sana, kamu akan belajar berbagai teknik membuat kue dan roti, termasuk rahasia di balik croissant yang sempurna.

Kesimpulan

Akhirnya, kita sekarang tahu bahwa perdebatan antara kwasong dan kroisan hanyalah soal perspektif bahasa. Keduanya memiliki konteks penggunaan yang benar. Pelafalan kwasong adalah cara membaca yang otentik dalam bahasa Prancis, sementara kroisan adalah bentuk baku yang sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia. Kamu bisa menggunakan salah satunya tanpa perlu khawatir dianggap salah.

Memahami cara membaca kata-kata asing adalah salah satu cara untuk memperkaya pengetahuan. Jika kamu memiliki ketertarikan yang lebih dalam pada dunia kuliner, termasuk belajar sejarah dan teknik di balik setiap hidangan, kamu bisa mempertimbangkan untuk bergabung dengan sekolah kuliner yang berkualitas. Di sana, kamu tidak hanya belajar teori, tetapi juga praktik langsung.

Jika kamu serius ingin mengembangkan kemampuan memasak dan membuat kue, datanglah dan cari tahu lebih lanjut tentang program-program yang ditawarkan oleh NCSA Indonesia. Mereka menyediakan berbagai program pendidikan tata boga yang akan membantumu menguasai dunia kuliner dengan profesional.

faiz alri

Saya SEO Content Writer yang bertugas di NCSA Indonesia. Saya bekerja untuk memastikan konten kami tidak hanya informatif, tetapi juga mudah ditemukan di internet. Misi saya adalah membantu menginspirasi dan membimbing calon-calon profesional kuliner dengan menyediakan informasi yang bermanfaat.

Share the Post:

Leave a Comment

Sponsored by